Tahun ajaran baru telah di depan mata, perguruan
tinggi negri maupun swasta berbondong-bondong mengadakan pendaftaran ulang
calon mahasiswa barunya. Wajah polos peralihan dari Sekolah Menengah Atas atau
sederajad mewarnai antiran di setiap universitas. Tentu wajah ini berbeda
dengan raut garang saat mahasiswa turun ke jalan, ditambah dengan persepsi
masyarakat yang dilansir oleh berbagai media bahwa demonstrasi mahasiswa selalu
berujung ricuh. Kendati demikian, demonstrasi masih menjadi pilihan alternative
menyuarakan pendapat dimuka umum. “ Demo itu dilakukan ketika benar-benar
buntu, ketika mahasiswa tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ketika kita masih bisa
bergerak, ya bergerak. Kalau nggak bisa, ya demo. Secara tidak langsung demo
itu pilihan terakhir,” ujar Syahrul Findi, mahasiswa baru Universitas
Indonesia.
Terlepas dari itu semua mahasiswa merupakan
lokomotif perubahan bangsa sehingga perannya dalam mengawasi roda pemerintahan
bukan mitos belaka, namun aksi nyata warisan luhur generasi sebelumnya. Menilik
dari segi pragmatis maupun idealis, mahasiswa tidak hanya mengandalkan fisik saja
untuk melakukan demonstrasi, tetapi intelektual tinggi memiliki andil utama
sehingga tidak serta merta semua kebijakan dianggap menyimpang. “ Kenapa ketika
pemerintah memberi kebijakan yang menurut kita kurang baik kita langsung demo?
Kenapa tidak melihasudut pandang yang lain? Karena berjuang tidak selalu dengan
demo kan? Menurut saya, yang pantas didemo bukan kenapa harga bensin naik?,
tetapi kenapa pemerintah tidak mau melegalkan mobil listrik buatan anak
bangsa.” Tutur Syahrul.
Disisi lain, Polemik pasal penghinaan presiden
masih bergulir. Dalam pengajuan pasal 263 ayat 1 RUU KUHP yang berbunyi ‘Setiap
orang yang di muka umum menghina presiden atau wakil presiden dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak ketegori IV’
menuai kontroversi dari berbagai pihak. Disetujui atau tidak disetujuinya pasal
ini, mahasiswa diharapkan tetap berada di garda terdepan bangsa, memperjuangkan
aspirasi rakyat, mengkritisi secara bijak, dan tidak menjadi alat politik kekuasaan. (jerry)

1 comments:
Write commentsTulisan akuuh nihh wkwkw, dipostt juga akhirnya
ReplyEmoticonEmoticon